one, two, three; woman in the stair steps


Prana selalu merasa ada sesuatu yang salah dengan tangga di depan jendela kamarnya. Bukan karena undakannya yang tidak simetris dan sama tinggi, sampai-sampai membuatnya sakit kepala. Bukan pula karena beberapa ubinnya yang sudah retak, pun bukan karena letaknya yang tidak sesuai kaidah arsitektur (kenapa Bapak mendesainnya tepat di depan jendela kamarnya, ya?). Prana memang selalu merasa ada sesuatu yang salah, namun bukan karena itu semua. Melainkan karena pada malam-malam yang tidak bisa membuatnya terlelap, Prana akan menemukan pikiran-pikirannya mati membiru dan menggentayanginya acapkali ia memandang tangga yang undakannya sangat asimetris itu. 


Satu undakan membawanya pada suatu hari waktu Bapak pernah bilang, “Manusia kalau mati, maka cepat atau lambat arwahnya akan pergi kembali bersama Tuhan.” Satu undakan lagi membawanya kepada perkataan Ibu selanjutnya, “Dan kalau sudah mati, mereka tidak lagi ada di bumi-Nya. Jadi, kenapa berlagak berdoa kepada leluhur untuk meminta sesuatu dikabulkan, alih-alih memintanya kepada Tuhan yang sudah pasti?” Dan satu undakan lainnya membawanya kepada pertanyaan yang membuat Prana merasa menjadi hamba yang paling tidak tahu diri. Sebab apa itu pasti, memangnya? Kalau leluhur yang katanya suci dan Tuhan yang Agung sama-sama tidak bisa dilihat indera kecuali jika dipercaya? 


Satu dua tiga undakan, lalu dia bakal merasa ketakutan setengah mati. Atau mungkin Prana sebenarnya juga sudah sama matinya. Sebab kalau perkataan Bapak dan Ibu benar, lantas mengapa selalu ada seorang perempuan yang sudah mati berdiri sepanjang malam di tangga depan jendela kamarnya?


Comments

  1. Yo you nailed this pentigraf *chef's kiss* i would love to befriend that lady on prana's staircase

    ReplyDelete
    Replies
    1. HUWE THANK YOU BUDDY this is still nothing, but if you'd like to befriend with the ghost then come visit my house someday 💜

      Delete

Post a Comment

Popular Posts