Kat.

*

Kemarin aku terbangun di bawah pohon dedalu. 

Ketika aku kembali dengan sekuntum jamur beracun, kudapati sosok Kat sedang menyobek gebar di ruang tengah. Sudah pulang dia rupanya. Namun, agaknya ia tak sendiri. Membawa siapa dia? Berani betul! Aku bisa saja langsung murka kepada Kat, jika jamur beracun di tanganku tidak menggeliat resah. Sebab disaksikannya di pundak pemuda ringkih itu, berdiri runyam bercak darah semerah jelaga. Api!  Api!  "Itukah," celetukku, "darah yang kamu pungut dari Tanah Kelahiran?"


"Bukan," jawab Kat. "Ini darah yang tercurah dari deru perjuangan."


Comments

Popular Posts